Friday, September 26, 2025

Hari Sial Menurut Primbon Jawa

 Dalam tradisi Jawa, dikenal adanya dino ala atau hari sial, yaitu hari-hari tertentu yang dianggap kurang baik untuk melakukan kegiatan besar, misalnya bepergian jauh, hajatan, atau memulai usaha. Penentuan hari ini biasanya didasarkan pada:

  1. Weton (Hari dan Pasaran Kelahiran)
    Setiap orang memiliki weton (contoh: Senin Pon, Jumat Legi). Dari weton ini dihitung hari baik dan hari yang dianggap kurang baik bagi dirinya.

  2. Hari Naas (Dino Naas)
    Menurut primbon, tiap weton memiliki hari naas atau waktu tertentu dalam sebulan di mana seseorang lebih rawan terkena kesialan.
    Misalnya:

    • Orang yang lahir Senin Pon punya hari naas pada Selasa Kliwon.

    • Orang yang lahir Jumat Legi hari naasnya Sabtu Wage.

  3. Bulan Suro dan Malam Angker

    • Bulan Suro (Muharram) sering dianggap bulan keramat, sehingga banyak yang menghindari menggelar pesta pernikahan.

    • Malam tertentu (misalnya malam Jumat Kliwon) juga dipercaya rawan gangguan gaib.

Cara Menghindari Hari Sial Menurut Primbon Jawa

Orang Jawa percaya bahwa kesialan bisa ditolak atau diperkecil dengan berbagai laku dan ritual, antara lain:

  1. Ruwatan
    Upacara adat untuk membersihkan diri dari kesialan, biasanya dengan wayang ruwatan atau doa-doa khusus.

  2. Sedekah Bumi / Slametan
    Memberikan makanan, tumpeng, atau sedekah untuk keselamatan, baik kepada tetangga maupun fakir miskin.

  3. Puasa atau Tirakat
    Menahan diri dari hawa nafsu (puasa Senin-Kamis, mutih, atau puasa tertentu) agar mendapat perlindungan.

  4. Membaca Doa atau Mantra Tolak Bala
    Biasanya doa-doa Islam (Yasin, Ayat Kursi) atau mantra Jawa yang diwariskan leluhur.

  5. Menghindari Aktivitas Besar di Hari Naas
    Jika sudah tahu hari sialnya, sebaiknya tidak memulai hal-hal penting di hari itu, seperti bepergian jauh, akad nikah, atau memulai usaha.

Menurut primbon Jawa, setiap orang punya hari baik dan hari sial yang dihitung dari weton. Namun, kesialan bisa ditolak dengan tirakat, doa, sedekah, dan ruwatan. Intinya, masyarakat Jawa memadukan perhitungan hari dengan laku spiritual agar hidup lebih selamat.



No comments:

Post a Comment